MAKALAH KLMPOK STRATEGI PEMBELAJARAN
MAKALAH TENTANG STRATEGI PEMBELAJARAN
KONSTRUKTIF
Di Susun Oleh :
Kelompok III
1.
Ferdinandes Saingo
2.
Lince landu
3.
Dewi Karni Raya
Di Serahkan kepada:
Dr. Johannis Siahaya, M.Th
SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN
TERUNA BHAKTI YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring
berjalannya waktu dan semakin pesatnya tingkat intelektualitas serta kualitas
kehidupan, maka pendidikan pun menjadi lebih kompleks. Oleh karena itu, tentu
saja hal ini membutuhkan sebuah desain pendidikan yang tepat dan sesuai dengan
kondisinya. Sehingga berbagai teori, metode dan desain pembelajaran serta
pengajaran pun dibuat dan diciptakan untuk mengapresiasikan semakin beragamnya
tingkat kebutuhan dan kerumitan permasalahan pendidikan. Jadi memang itulah
yang menjadi esensi pendidikan itu sendiri, yakni bagaimana menciptakan sebuah
kehidupan lebih baik yang tercipta dari proses pendidikan yang kontekstual dan
mampu menyerap aspirasi zaman dengan tepat dan sesuai.
Guru
di dalam melaksanakan pembelajaran, juga harus bisa memilih maupun menetapkan
suatu pendekatan pembelajaran yang tepat di kelas sehingga hasil pembelajaran
lebih optimal, selayaknya seseorang dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari
yang harus mampu menetapkan sasaran yang hendak dicapai. Guru pun demikian,
harus bisa menetapkan pendekatan pembelajaran yang tepat.
Masing – masing individu akan memilih cara dan gayanya sendiri untuk
belajar dan mengajar, namun setidak-tidaknya ada karakteristik tertentu dalam
pendekatan pembelajaran tertentu yang khas dibandingkan dengan pendekatan lain.
Salah satu contoh pendekatan pembelajaran adalah pendekatan
konstruktivisme. Martin. Et. Al (dalam Gerson Ratumanan, 2002) mengemukakan
bahwa konstruktivisme menekankan pentingnya setiap siswa aktif
mengkonstruksikan pengetahuan melalui hubungan saling mempengaruhi dari belajar
sebelumnya dengan belajar baru. Hubungan tersebut dikonstruksikan oleh siswa
untuk kepentingan mereka sendiri. Elemen kuncinya adalah bahwa orang belajar
secara aktif mengkonstruksikan pengetahuan mereka sendiri, membandingkan
informasi baru dengan pemahaman sebelumnya dan menggunakannya untuk
menghasilkan pemahaman baru. Untuk itu, setiap pelajaran di sekolah perlu
diarahkan untuk selalu mendidik siswa agar mengkonstruksikan pengetahuannya.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan konstruktivisme ?
2.
Bagaimana komparasi behaviorisme
dan konstruktivisme ?
3.
Bagaimana pembelajaran menurut
konstruktivisme ?
4.
Apa saja kendala - kendala dalam penerapan pembelajaran
menurut konstruktivisme
1.3 TUJUAN
PENULISAN
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konstruktivisme.
2.
Untuk mengetahui bagaimana komparasi behaviorisme
dan konstruktivisme.
3.
Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran menurut
konstruktivisme.
4.
Untuk mengetahui apa saja kendala - kendala dalam
penerapan pembelajaran menurut konstruktivisme.
1.4 MANFAAT
PENULISAN
Adapun
manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Memberikan informasi mengenai pembelajaran
konstruktivisme.
2. Memberikan informasi dan pemahaman kepada pendidik bahwa
peserta didik itu sebenarnya bukanlah
seperti kertas putih yang kosong di mana guru bisa secara bebas membentuk
pengetahuan siswa, tapi siswa adalah merupakan manusia yang sudah mempunyai
pengetahuan yang mereka peroleh dari pengalaman lingkungan mereka sehari-hari.
3. Memberikan informasi dan pemahaman kepada peserta didik
bahwa yang sebenarnya peserta didik tersebut sudah memiliki pengetahuan awal
dari pengalaman lingkungan mereka, bukan dibentuk baru oleh pendidik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konstruktivisme
2.1.1 Pengertian Konstruktivisme
Konstruktivisme
berasal dari kata konstruktiv dan isme. Konstruktiv berarti
bersifat membina, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan Isme dalam kamus Bahasa
Indonesia berarti paham
atau aliran. Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri.
Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan bahwa anak-anak diberi
kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar,
sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih
tinggi. Tran Vui juga mengatakan bahwa teori konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan
terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan
untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi
orang lain. Sedangkan
menurut Martin. Et. Al
mengemukakan bahwa konstruktivisme menekankan pentingnya setiap siswa aktif
mengkonstruksikan pengetahuan melalui hubungan saling mempengaruhi dari belajar
sebelumnya dengan belajar baru.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa sebagai landasan paradigma pembelajaran,
konstruktivisme menyerukan perlunya partisipasi aktif siswa dalam proses
pembelajaran, perlunya pengembangan siswa belajar mandiri, dan perlunya siswa
memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri.
Dalam
hal tahap-tahap pembelajaran, pendekatan konstruktivisme lebih menekankan pada
pembelajaran top-down processing, yaitu
siswa belajar dimulai dari masalah yang kompleks untuk dipecahkan (dengan
bantuan guru), kemudian menghasilkan atau menemukan keterampilan-keterampilan
dasar yang dibutuhkan. Misalnya, ketika siswa diminta untuk menulis
kalimat-kalimat, kemudian dia akan belajar untuk membaca, belajar tentang tata
bahasa kalimat-kalimat tersebut, dan kemudian bagaimana menulis titik dan
komanya.
Bagi
aliran konstruktivisme, guru tidak lagi menduduki tempat sebagai pemberi ilmu.
Tidak lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Namun guru lebih diposisikan
sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Aliran ini lebih menekankan bagaimana
siswa belajar bukan bagaimana guru mengajar.
Sebagai
fasilitator guru bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran di kelas.
Diantara tanggung jawab guru dalam pembelajaran adalah menstimulasi dan
memotivasi siswa. Mendiagnosis dan mengatasi kesulitan siswa serta menyediakan
pengalaman untuk menumbuhkan pemahaman siswa. Oleh karena itu, guru harus
menyediakan dan memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk
belajar secara aktif. Sedemikian rupa sehingga para siswa dapat menciptakan,
membangun, mendiskusikan, membandingkan, bekerja sama, dan melakukan
eksperimentasi dalam kegiatan belajarnya. Berdasarkan konstruktivisme,
akibatnya orientasi pembelajaran bergeser dari berpusat pada guru mengajar ke
pembelajaran berpusat pada siswa (student
centered instruction).
2.1.2 Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut
Suparno (1997:49) secara garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme yang
diambil adalah (1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal
maupun secara sosial; (2) pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa,
kecuali dengan keaktifan siswa sendiri untuk bernalar; (3) siswa aktif
mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju
ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah; (4)
guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi
siswa berjalan mulus.
Berikut
ini akan dikemukakan ciri-ciri pembelajaran yang konstruktivis menurut beberapa
literatur yaitu sebagai berikut.
a. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau
pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
b. Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang
dunia.
c. Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna
dikembangkan berdasarkan pengalaman.
d. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi)
makna melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam
berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain.
2.1.3 Prinsip-Prinsip
Konstruktivisme
Secara
garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam proses
belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1.
Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan
keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3.
Murid aktif megkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.
4.
Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalan lancar.
5.
Struktur pembelajaran seputar konsep diutamakan pada pentingnya sebuah
pertanyaan.
6.
Mencari dan menilai pendapat siswa.
7.
Menyesuaikan bahan pengajaran untuk menanggapi anggapan siswa.
2.1.4 Tokoh-tokoh
Aliran Behavioristik
2.2 Komparasi Behaviorisme
dan Konstruktivisme
Komparasi
Pembelajaran Behaviorisme dengan Konstruktivisme
|
BEHAVIORISTIK
|
KONSTRUKTIVISTIK
|
|
Pandangan
Tentang Pengetahuan, Belajar dan Pembelajaran
|
|
|
Pengetahuan: objektif, pasti, tetap
|
Pengetahuan : non- objektif, temporer, selalu berubah
|
|
Belajar: perolehan pengetahuan
|
Belajar:
pemaknaan pengetahuan
|
|
Mengajar: memindahkan pengetahuan ke orang yang
belajar
|
Mengajar:
menggali makna
|
|
Mind berfungsi sebagai alat penjiplak struktur
pengetahuan
|
Mind
berfungsi sebagai alat menginterpretasi sehingga muncul makna yang unik
|
|
Si pembelajar diharapkan memiliki pemahaman yang
sama dengan pengajar terhadap pengetahuan yang dipelajari
|
Si
pembelajar bisa memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang
dipelajari
|
|
Segala sesuatu yang ada di alam telah
terstruktur, teratur, rapi.
Pengetahuan juga sudah terstruktur rapi
|
Segala sesuatu bersifat temporer, berubah, dan tidak menentu.
Kitalah yang memberi makna terhadap realitas
|
|
Masalah Belajar dan Pembelajaran
|
|
|
Keteraturan
|
Ketidakteraturan
|
|
Si pembelajar dihadapkan pada aturan-aturan yang
jelas yang ditetapkan lebih dulu secara ketat
|
Si
pembelajar dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas
|
|
Pembiasaan (disiplin) sangat esensial
|
Kebebasan merupakan unsur yang sangat esensial
|
|
Kegagalan atau ketidak-mampuan dalam menambah
pengetahuan dikategorikan sebagai KESALAHAN, HARUS DIHUKUM
Keberhasilan atau kemampuan dikategorikan
sebagai bentuk perilaku yang pantas dipuji atau diberi HADIAH
|
Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat
sebagai interpretasi yang berbeda yang perlu DIHARGAI
|
|
Ketaatan kepada aturan dipandang sebagai
penentu keberhasilan
|
Kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan
|
|
Kontrol belajar dipegang
oleh sistem di luar diri si Pembelajar
|
Kontrol
belajar dipegang oleh si Pembelajar
|
|
Tujuan pembelajaran menekankan pada penambahan
pengetahuan
Seseorang dikatakan telah belajar apabila mampu
mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari
|
Tujuan pembelajaran me-nekankan pada penciptaan pemahaman, yang menuntut
aktivitas kreatif-produktif dalam konteks nyata
|
|
Masalah Belajar dan
Pembelajaran: Strategi Pembelajaran
|
|
|
Keterampilan terisolasi
|
Penggunaan
pengetahuan secara bermakna
|
|
Mengikuti urutan kurikulum ketat
|
Mengikuti
pandangan si Pembelajar
|
|
Aktivitas belajar
mengikuti buku teks
|
Aktivitas belajar dalam konteks nyata
|
|
Menekankan pada hasil
|
Menekankan
pada proses
|
|
Masalah Belajar dan
Pembelajaran: Evaluasi
|
|
|
Respon pasif
|
Penyusunan
makna secara aktif
|
|
Menuntut satu jawaban benar
|
Menuntut
pemecahan ganda
|
|
Evaluasi merupakan bagian terpisah dari belajar
|
Evaluasi
merupakan bagian utuh dari belajar
|
2.3 Pembelajaran Menurut
Konstruktivisme
Kegiatan
belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya.
Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari, ini merupakan proses
menyesuaikan konsep-konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah
ada dalam pikiran mereka. Dalam hal ini siswa membentuk pengetahuan mereka
sendiri dan guru membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan itu.
Proses
perolehan pengetahuan akan terjadi apabila guru dapat menciptakan kondisi
pembelajaran yang ideal yang dimaksud disini adalah suatu proses belajar
mengajar yang sesuai dengan karakteristik IPA dan memperhatikan perspektif
siswa sekolah dasar. Pembelajaran yang dimaksud diatas adalah pembelajaran yang
mengutamakan keaktifan siswa, menerangkan pada kemampuan minds-on dan hands-on
serta terjadi interaksi dan mengakui adanya konsepsi awal yang dimiliki
siswa melalui pengalaman sebelumnya.
Dalam
pelaksanaan teori belajar konstruktivisme ada beberapa saran yang berkaitan
dengan rancangan pembelajaran yaitu sebagai berikut :
a.
Memperhatikan dan memanfaatkan
pengetahuan awal siswa
Kegiatan
pembelajaran ditujukan untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan.
Siswa didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan memanfaatkan
pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Oleh karena itu pembelajaran harus
memperhatikan pengetahuan awal siswa dan memanfaatkan teknik-teknik untuk
mendorong agar terjadi perubahan konsepsi pada diri siswa.
b.
Pengalaman belajar yang autentik dan
bermakna
Segala
kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian rupa
sehingga bermakna bagi siswa. Oleh karena itu minat, sikap, dan kebutuhan
belajar siswa benar-benar dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang dan
melakukan pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari usaha-usaha untuk
mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, penggunaan sumber daya dari
kehidupan sehari-hari, dan juga penerapan konsep.
c.
Adanya lingkungan sosial yang kondusif,
Siswa
diberi kesempatan untuk bisa berinteraksi secara produktif dengan sesama siswa
maupun dengan guru. Selain itu juga ada kesempatan bagi siswa untuk bekerja
dalam berbagai konteks sosial.
d.
Adanya dorongan agar siswa bisa mandiri
Siswa
didorong untuk bisa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Oleh karena
itu siswa dilatih dan diberi kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur
kegiatan belajarnya.
e.
Adanya usaha untuk mengenalkan siswa
tentang dunia ilmiah
Sains
bukan hanya produk (fakta, konsep, prinsip, teori), namun juga mencakup proses
dan sikap. Oleh karena itu pembelajaran sains juga harus bisa melatih dan
memperkenalkan siswa tentang “kehidupan” ilmuwan. Pembelajaran kontruktuvisme
merupakan pembelajaran yang cukup baik dimana siswa dalam pembelajaran terjun
langsung tidak hanya menerima pelajaran yang pasti seperti pembelajaran
bihavioristik. Misalnya saja pada pelajaran pkn, tentang tolong menolong dan
siswa di tugaskan untuk terjun langsung dan terlibat mengamati suatu lingkungan
bagaimana sikap tolong menolong terbangun. Dan setelah itu guru memberi
pengarahan yang lebih lanjut. Siswa lebih mamahami makna ketimbang konsep.
2.4 Kendala - Kendala dalam
Penerapan Pembelajaran menurut Konstruktivisme
Konstruktivisme
memberikan angin segar bagi perbaikan proses dan hasil belajar. Walaupun
demikian, terdapat pula kendala yang muncul dalam penerapan pembelajaran
menurut konstruktivisme di kelas. Kendala-kendala yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1.
Sulit mengubah keyakinan dan kebiasaan
guru. Guru selama
ini telah terbiasa mengajar dengan menggunakan pendekatan tradisional, mengubah
kebiasaan ini merupakan suatu hal yang tidak mudah.
2.
Guru kurang tertarik dan
mengalami kesulitan mengelola kegiatan pembelajaran berbasis konstruktivisme. Guru konstruktivis dituntut untuk lebih kreatif
dalam merencanakan kegiatan pembelajaran dan dalam memilih menggunakan media
yang sesuai.
3.
Adanya anggapan guru bahwa
penggunaan metode atau pendekatan baru dalam pembelajaran akan menggunakan
waktu yang cukup besar. Guru khawatir target pencapaian kurikulum (TPK) tidak tercapai.
4.
Sistem evaluasi yang masih
menekankan pada nilai akhir. Padahal yang terpenting dari suatu pembelajaran adalah proses
belajarnya bukan hasil akhirnya.
5.
Besarnya beban mengajar guru,
latar pendidikan guru tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diasuh, dan banyaknya
pelajaran yang harus dipelajari siswa merupakan yang cukup serius.
6.
Siswa terbiasa menunggu
informasi dari guru. Siswa akan belajar jika ada transfer pengetahuan dan tugas-tugas dari
gurunya. Mengubah sikap “menunggu informasi” menjadi “pencari dan
pengkonstruksi informasi” merupakan kendala itu sendiri.
7.
Adanya budaya negatif di
lingkungan siswa. Salah
satu contohnya di lingkungan rumah. Pendapat orang tua selalu dianggap paling
benar, ank dilarang membantah pendapat orang tuanya. Kondisi ini juga terbawa
ke sekolah. Siswa terkondisi untuk “mengiakan” pendapat atau penjelasan guru.
Siswa tidak berani mengemukakan pendapatnya yang mungkin berbeda dengan
gurunya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan pada makalah ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Konstruktivisme
berasal dari kata konstruktiv dan isme. Konstruktiv berarti
bersifat membina, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan Isme dalam berarti paham
atau aliran. Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri.
2. Komparasi
pembelajaran behaviorisme dengan konstruktivisme meliputi pandangan
tentang pengetahuan, belajar dan pembelajaran, masalah belajar dan pembelajaran, strategi pembelajaran, serta evaluasi.
3. Pembelajaan menurut konstruktivisme yaitu kegiatan
belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana siswa membangun sendiri
pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari, ini
merupakan proses menyesuaikan konsep-konsep dan ide-ide baru dengan kerangka
berfikir yang telah ada dalam pikiran mereka.
4. Kendala
- kendala dalam
penerapan pembelajaran menurut konstruktivisme yaitu : sulit mengubah keyakinan
dan kebiasaan guru, guru kurang tertarik dan mengalami kesulitan mengelola
kegiatan pembelajaran berbasis konstruktivisme, adanya anggapan guru bahwa
penggunaan metode atau pendekatan baru dalam pembelajaran akan menggunakan
waktu yang cukup besar, sistem evaluasi yang masih menekankan pada nilai akhir,
besarnya beban mengajar guru, siswa terbiasa menunggu informasi dari guru, dan
adanya budaya negatif di lingkungan siswa.
3.1 Saran
Kami menyadari kekurangan dari
makalah ini. Sehingga kami manyarankan kepada Bapak agar bisa memberikan kritik
dan sarannya, agar makalah ini bisa jadi lebih baik. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Anekaragammakalah.
2012. Makalah Teori Belajar
Konstruktivisme. Blogspot.com; diakses online pada tanggal 7 Mei 2013.
Budiningsih,
C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Gerson.R.Tanwey
2002.Belajar dan Pembelajaran.Ambon:
FKIP Universitas Pattimura Ambon
Gino,
dkk. 1997. Belajar Dan Pembelajaran.
Surakarta : UNS Press. Disadur dari : Sarlito W. Sarwono, 2002, Berkenalan
dengan ALiran-Aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, (PT Bulan Bintang: Jakarta)
Pranita,
Tya. 2010. Teori Konstruktivisme.
Kompasiana.com; diakses online pada tanggal 7 Mei 2013.
Suparno,
Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jogjakarta:
Kanisi
Trianto.2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
TERIMA KASIH
Komentar
Posting Komentar