PAK ANAK
Nama : Dewi Karni Raya
Prodi
: PAK
Sem : VI
M.K
: Pendidikan Agama Kristen Anak
Dosen
: Dr. Sarah Wasssar, M.Pdk
Dalam buku yang berjudul “Kiat Sukses
Mendidik Anak Dalam Tuhan” yang merupakan pengarang dari “Jhon
MacArthur, yang di terbitkan oleh “Immanuel, pada tahun 2004, di jakarta, dari
halaman 9.
1. ANAK-ANAK
HARUS DIPANDANG SEBAGAI BERKAT BUKAN PENDERITAAN
Pertama, Firman Tuhan dengan jelas mengajarkan bahwa
anak-anak merupakan berkat dari Tuhan. Tuhan merancang mereka sebagai berkat.
Maka seharusnya mendatangkan sukacita. Mereka adalah berkat dari Tuhan agar
kehidupan kita dianugerahi kesempurnaan, penuh makna, kebahagian dan kepuasan.
Dan menjadi orang tua adalah pemberian Tuhan bagi kita. Ditengah semua hal yang
jahat, anak anak adalah bukti kemurahan hati Tuhan. Mereka adalah bukti nyata
betapa besar dan tak terhingga belas kasihan Tuhan termasuk kepada ciptaan yang
telah berdosa dan terhilang.
Ingatlah bahwa Adam dan Hawa telah makan buah
terlarang sebelum mereka beranak cucu. Namun Tuhan Tidak menghancurkan mereka
begitu saja dan memulia kembali dengan bangsa yang baru. Sebaliknya, Dia
mengizinkan Adam dan Hawa untuk menggenapi perintah yang diberikan kepada
mereka sebelum kejatuhan itu; beranak cuculah dan bertambah banyak (kej 1:28).
Dan ia menetapkan suatu rencana penebusan yang pada akhirnya mencakup sejumlah
besar anak cucu Adam ( Wahyu 7:9-10). anak-anak Hawa melahirkan keturunan
sehingga menciptkan pengharapan bahwa orang-orang berdosa dapat diselamatkan.
Hawa mengetahui hal ini. Kej 4:1 berkata, “kemudian
manusia itu bersetubuh dengan Hawa, istrinya, dan mengandunglah perempuan itu
lalu melahirkan kain; maka kata perempuan; aku telah mendapat seorang anak
laki-laki dengan pertolongan Tuhan”. Hawa jelas memahami bahwa Tuhan adalah sumber
yang memberikan anak. Dia menghargai anak sebagai suatu pemberian dari tangan
Allah yang telah ditentangnya, dan dia sangat bergembira dengan pemberian
tersebut, meskipun dia menderita sakit waktu melahirkan, dia mengetahui bahwa
anaka merupakan lambang anugerah Tuhan kepadanya. Dalam ayat 25 berkata, “Adama
bersetubuh pula dengan istrinya, lalu perempuan itu melahirkan seorang anak
laki-laki dan menainya Set, sebab katanya: “ Allah telah mengaruniakan kepadaku
anak yang lain.” Anak-anak, seperti yang diketahui oleh Hawa, adalah pemberian
Tuhan.
Bagaimana dengan anak-anak dari orang yang belum
percaya Roh Kudus? Mereka merupakan penyataan berkat ilahi juga. Dalam kejadia
17:20 Tuhan berjanji memberkati Ismael. Bagaimana Tuhan memberkati dia? Dengan
cara melipatgandakan anak-anak dan keturunannya. Dia berkata kepada Abraham,
“tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat
beranak cucu dan bertambah banyak. Sepanjang Alkitab kita menemukan suatu tema
yang berkesinambungan yang menyoroti anak-anak sebagai berkat dari tangan Tuhan
yang penuh kasih dan murah hati. Hal ini terbukti, sebagai contoh, dalam
persaingan antara Lea dan Rahel demi mendapatkan perhatian Yakub. Kejadian 29:
31-33 berkata, “Ketika TUHAN melihat, bahwa Lea tidak dicintai, dibukanyalah
kandungannya, tetapi Rahel mandul. Lea mengandung, lalu melahirkan seorang anak
laki-laki, dan menamainya Ruben, sebab katanya: ‘sesungguhnya TUHAN telah
memperhatikan kesengsaraanku; sekarang tentulah aku dicintai oleh suamiku.’
Mengandunglah pula ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, maka ia
berkata:’ sesungguhnya, TUHAN telah mendengar, bahwa aku tidak dicintai, lalu
diberikannya pula anak ini kepadaku.”
Perhatikan bahwa belas kasihan Tuhan kepada Lea
dinyatakan dengan memberinya kesanggupan untuk melahirkan anak-anak. Hanya
Tuhanlah yang dapat membuka kandungannya, dan Lea menyadari hal ini. Sementara
itu, meskipun Yakub lebih mencintai Rahel, namun Rahel merasa kemandulannya
bagaimanapun juga menyiratan bahwa dia kurang dicintai. Alkitab berkata,”
Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah ia
kepada kakaknya itu, lalu berkatalah Yakub: ‘berikanlah kepadaku anak; kalau
tidak aku akan mati” (kej 30).
Sepanjang
kisah mengenai para orang tua yang melahirkan berbagai suku umat pilihan Tuhan,
satu hal yang tampak jelas, dan mereka menyadari bahwa bahwa anak-anak
menandakan berkat Tuhan.
Berdasarkan rancangan Tuhan yang agung, anak-anak
diberikan untuk membawa sukacita, kebahagiaan, kesempurnaan, kepuasaan, dan
kasih kepada orang tua. Masmur 127:3-5 mengatakan dengan begitu jelas:sesungguhnya,
anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah
suatu upah. Seperti anak panah ditangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada
masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan
mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh didepan pintu gerbang.
Jelaslah dalam rencana Tuhan, anak-anak dimaksudan
untuk menjad berkat, bukan penderitaan. Dan biasanya mereka merupakan berkat
ketika mereka lahir. Tetapi setelah itu dibiarkan terpapar terhadap dunia dan
tidak ternaungi oleh perlindungan yang tepat, maka tidak mengherankan jika
mereka akan menghancurkan hati anda.
Menjadi orang tua seharusnya seharusnya mendatangkan
sukacita bukan beban. Tugas orang tua bukanlah
suatu kuk yang harus dipikul; tetapi merupakan hak istimewa untuk dinikmati. Jika rancangan Tuhan
memberikan anak-anak adalah untuk memberkati kita, maka tugas yang ditetapkan
bagi setiap orang tua tidak lebih dari suatu perluasan an pengagungan berkat itu. Apakah ada aspek
yang tidak menyenangkan dalam mendidik anak? Tentu saja ada, tidak ada satupun
dari kita yang menyukai saat mendisiplinkan anak-anak. Biasanya disiplin terasa
lebih menyakitkan bagi orang tua
dibandingkan bagi anak itu sendiri. Tetapi meskipun demikian proses disiplin
pada akhirnya akan menghasilkan sukacita apabila kita setia pada
perintah-perintah Tuhan.
Ada harta berupa sukacita melimpah yang menyegarkan
dan menyenangkan didalam mendidik anak dengan ajaran-ajaran yang tidak dapat
diperoleh darimana pun juga. Tuhan telah merancang dengan murah hati, bahwa ada
pancaran sukacita didalam proses mendidik anak, jika memegang teguh pada
prinsip-prinsip-Nya.
Keberhasilan dalam mendidik anak diukur dengan apa
yang harus dilakukan orang tua, bukan
apa yang dilakukan anak. Jika kita mengukur kesuksesan kita hanya dengan
bagaimana anak kita kelak, tidak ada jaminan didalam Firman Tuhan yang
mengatakan bahwa kita kan mengalami keberhasilan mutlak dan ruang lingkup
tersebut. Kadangkala anak dibesarkan dalam keluarga Kristen yang baik, namun
ketika bertumbuh dewasa mereka mengabaikan iman mereka. Sebaliknya, Tuhan
dengan penuh kemurahan menyelamatkan banyak anak yang berasal dari orang tua
yang sama sekali gagal. Bagaimana anak itu kelak, seperti faktor yang berdiri
sendiri, tidak bergantung pada takaran
keberhasilan orang tua.
Akan tetapi, ukuran kesuksesan sejati bagi orang tua
Kristen adalah karakter orang tua itu sendiri. Sampai tingkat dimana kita telah
mengikuti rancangan Tuhan dalam mendidik anak, kita telah berhasil sebagai
orang tua dihadapan Tuhan.
Sebagai sebuah peraturan umum, orang tua yang
mengikuti prinsip-prinsip Alkitabiah didalam mengasuh anak-anak merekaakan
melihat suatu dampak positif pada karakter anak-anak mereka. Dari sudut pandang statistik yang murni, anak-anak
yang bertumbuh didalam keluarga yang taku akan Tuhan mungkin akan tetap lebih
setia kepada Tuhan saat mereka dewasa dibandingkan anak-anak yang bertumbuh
didalam keluarga dimana orang tua mereka tidak menghormati Tuhan. Tuhan
seringkali memakai orang tua yang setia sebagai alat didala penyelamatan
anak-anak.
Pengaruh terpenting bagi seorang anak berasal
daripada orang tua, bukan teman sebaya. Tuhan dengan serius telah menugaskan
orang tua dengan kewajiban membesarkan anak mereka didalam ajaran dan nasihat
Tuhan. Orang tua harus cukup banyak melibatkan diri dalam kehidupan anak-anak
mereka untuk memastikan bahwa tidak ada pengaruh lain yang mendahului. Bagi orang tua yang mengeluhnya bahwa
kegagalan anak mereka merupakan kesalahan teman-teman sepergaulannya, maka jawaban
saya yang pasti adalah bahwa pada akhirnya orang tua itu sendiri yang harus
dipersalahkan, karena mereka merupakan orang-orang yang mengizinkan teman pergaulan anak-anak mereka memberi
masukan yang lebih banyak didalam kehidupan anak mereka dari pada mereka
sebagai orang tuanya.
Sejumlah orang tua tanpa diragukan akan membelalakan
mata dengan dengan sinis terhadap pendapat, dan bersih keras bahwa tidak wajar
kalau pada masa kini dan zaman ini untuk mengharapkan orang tua mempengaruhi
anak-anak mereka lebih dari pada teman sebaya, kebudayaan modern, televisi,
guru sekolah, dan semua faktor lain yang berlomba-lomba mengendalikan minat
dalam kehidupan anak tersebut.
Sikap sinis yang sama diungkapkan didalam sebuah buku yang baru saja
diterbitkan, The Nurture Assumption: Why
Children Turn Out The Way They Do, Oleh Judith Rich Harris, seorang nenek
dan penulis dan beberapa buku wajib ilmu psikologi. Dia bersikeras bahwa
sebenarnya orang tua tidak dapat berbuat apa-apa untuk menciptkan perbedaan
penting didalam tempramen, kepribadian atau karakter anak. “mendidik anak telah
dijual dengan berlebihan, “katanya, anda telah dituntut untuk mempercayai bahwa
anda mempunyai dampak yang yang lebih banyak terhadap kepribadian anak anda
daripada yang anda miliki sesungguhnya. Menurut
Harris, kelompok teman sebaya anak-anak kita, bukan orang tua, yang
memutuskan akan menjadi seperti apa dikemudian hari.
Pada pandangan sekilas, pendapat bahwa pandangan
orang tua hanya memiliki dampak yang tidak berarti pada karakter anak-anak
mereka tampaknya bertolak belakang dengan segala sesuatu yang kita yakini
mengenai mendidik anak. Tetapi mereka yang membaca buku mungkin menemukan teori
Harris lebih dari sekedar masuk akal, bahkan tampak meyakinkan.
Tetapi, perenungan sesaat akan menyatakan mengapa
orang tua didalam kebudayaan kita kurang memberi dampak pada anak-anak mereka
daripada yang dilakukan oleh kelompok teman sebaya mereka: pada umumnya orang
tua sungguh-sungguh telah menyerahkan peran mereka sebagai orang tua. Mereka
telah menyerahkan anak mereka kepada kelompok teman sebayanya. Mereka kurang
menginvestasikan waktu untuk mengajar anak-anak daripada jumlah waktu yang
diizinkan oleh mereka bagi anak-anak untuk menonton televisi. Mereka mengizinkan
ajaran kerohanian, moral dan etika bagi anak mereka diperoleh dari televisi,
musik, dan nak-anak lain. Bahkan didalam kasus yang lebih serius, orang tua
banyak bergantung pada guru sekolah, guru sekolah minggu, dan pembina remaja,
semua diruang lingkup keluarga. orang tua harus menyadari bahwa karakter tidak
diwariskan dari genetika atau dipetik melalui proses penyerapan sel. Anak-anak
diajar untuk menjadi diri mereka kelak. Jika mereka menjadi seorang yang
berbeda dari harapan orang tua, biasanya karena mereka hanya belajar dari
orang-orang yang berada disamping mereka untuk mengajarkan sesuatu semasa
kehadiran orang tua.
Orang tua Kristen dewasa ini sangat perlu memiliki
prinsip sederhana tersebut. Dihadapan tahta Allah kita akan bertanggung
jawabjika kita telah menyerahkan anak-anak kita pada pengaruh lain yang
membentuk karakter mereka dengan cara-cara yang tidak khusus. Tuhan telah
meletakkan ditangan kita tanggung jawab untuk mengasuh anak-anak kita didalam
ajaran dan nasihat Tuhan, dan kita harus melaksanakan pelayanan yang berupa
pemberian agung ini dengan sekuat tenaga. Tuhan telah menempatkan bahwa
mendidik anak adalah tanggung jawab purnawaktu. Tidak ada waktu rehat didalam
tugas kita sebagai orang tua. Prinsip ini bahkan dimasukan didalam hukum yang
diberikan di Gunung Sinai. Tuhan mengawali perintah-Nya kepada bangsa Israel
dengan tugas yang penting ini: “ Apa yang Kuperintahkan kepadau pada hari ini
harusah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkan berulang-ulang kapada
anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk didalam rumahmu, apabila
engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau
bangun”(Ulangan 6:6-7).
Ted Tripp telah menulis sebuah buku yang luar biasa untuk orang tua yang
berjudul Shepherding a Child’s Hear,
dimana dia menawarkan banyak nasihat yang sangat menolong mengenai bagaimana
kita sebagai orang tua memilihara fokus yang tepat dalam mendidik anak. Dia
mengatakan bahwa hati anak adalah medan pertempuran yang paling kecil didunia,
dan kemenangan atas peperangan itu, menuntut pertarungan tanpa senjata dengan
segenap kemampuan. Tujuan dari mendidik anak adalah bukanlah pengendalian
perilaku. Bukan semata-mata untuk menghasilakan anak-anak yang bertatakrama
yang baik. Tetapi tujuan akhir dan fokus yang benar dalam mendidik anak secara
Alkitabiah adalah penebusan.
Kebutuhan terbesar anak adalah kelahiran kembali.
Hanya ada satu obat untuk kerusakan moral anak yang dibawa sejak lahir:
Kelahiran baru, atau kelahiran kembali. Seperti yang dikatakan Yesus kepada
Nikodemus,” apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang
dilahirkan dari Roh adalah Roh. Aku berkata kepadamu: kamu harus dilahirkan
kembali (Yohanes 3:6-7). Dilahirkan dari daging” dengan suatu kecenderungan
berbuat dosa, anak-anak tidak mempunyai kuasa untuk membebaskan diri sendiri
dari belenggu dosa. Hati mereka tidak memiliki Roh kudus. Hati mereka tidak
mempunyai kemampuan untuk menyenangkan Tuhan atau menaati Dia. Karena mereka
dilahirkan dari daging, maka mereka menuruti keinginan daging. Dan “keinginan
daging adalah perseturuan terhadap Allah karena keinginan itu tidak takluk
kepada hukum Allah, hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka juga hidup
dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah ( Roma 8:7-8).
Demikian juga firman Tuhan melukiskan orang yang
tidak dilahirkan kembali sebagai” sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan
dosa-dosamu. Jadi tugas yang menjadi prioritas utama sebagai orang tua adalah
menjadi seorang pemberita injil didalam keluarga. orang tua perlu mengajarkan
kepada mereka mengenai perintah Tuhan; menceritakan injil kasih karunia;
menunjukan kepada mereka kebutuhan mereka akan juruselamat; dan mengarahkan
mereka kepada Yesus Kristus sebagai satu-satunya yang dapat menyelamatkan
mereka. Jika mereka bertumbuh tanpa kewaspadaan yang tajam mengenai kebutuhan
mereka akan keselamatan, maka sebagai orang tua gagal telah gagal didalam
tanggung jawab utama sebagai pemimpin sebagai orang tua mereka.
Tetapi camkanlah kelahiran kembali bukanlah sesuatu
yang dapat dilakukan orang tua untuk mereka. Orang tua yang mendesak, memaksa,
atau memanipulasi anak mereka dapat menyerat anak mereka pada pernyataan yang
salah, tetapi iman yang murni ialah sesuatu yang hanya dapat didorong oleh
kasih karunia Ilahi. Kelahiran baru adalah pekerjaan Roh Kudus. Angin bertiup
kemana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak dari mana ia
datang atau kemana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang
lahir dar Roh”(Yohanes 3:8). Tuhan bekerja dengan berdaulat didalam hati
anak-anak untuk menarik mereka kepadanya. Keselamatan mereka adalahpersoalan
yang pada akhirnya harus diselesaikan antara mereka dan Tuhan.
Mengajarkan hikmat kepada anak-anak. Dalam amsal
10:1, berbunyi : “Anak yang bijak endatangkan sukacita kepada ayahnya, tetapi
anak yang bebal adalah kedukaan bagi ibunya”. Mengajarkan injil kepada anak
sama sja meletihkan orang tua ketika menjalankan tugasnya. Juga terkandung
didalam prinsip Ulangan 6:6-7adalah kewajiban untuk mengajar anak-anak mengenai
hikmat kehidupan. Injil merupakan titi tolak yang penting, karena “permulaan
hikmat adalah takut akan TUHAN” (Mazmur 111:10).
Tetapi dibalik kebenaran dasar injil juga terdapat
banyak pelajaran Alkitabiah yang sangat penting mengenai karakter, integritas,
keadilan, kebijaksanaan, kepekaan, dan semua pokok praktis dalam kehidupan.
Dalam buku yang berjudul”Mendidik Anak Menjadi Unggulan” pengarang dari Asef Umar Fakhruddin, yang diterbitkan oleh Manika Books, pada
tahun 2010, di Jogjakarta, dari halaman 1-10, bagaimana kita bisa mengetahui
jenis anak, apakah yang dimaksud Genius? Sampai saat ini belum ada kesatuan
pendapat tentang siapakah sebenarnya yang termasuk anak genesius. Dalam buku “ Pendidikan bagi Anak Genesius”, misalnya,
Sri Rumini mengemukakan beberapa contoh pendapat tersebut antara lain sebagai
berikut:
1. Orang
awam banyak yang berpendapat, bahwa semua anak yang cerdas, cerlang,
berkemampuan tinggi adalah tergolong genesius. Bahkan ada yang berpendapat
kalau seorang anak itu nakal atau menunjukan sikap yang eksntrik tentu ana
genesius. Pendapat ini jelas salah!
2. Robert
Woodworth dalam buku “Psychology”
berpendapat bahwa anak genesius adalah anak ayang memiliki IQ diatas 140.
3. Prof.
Hollingworth berpendapat anak sudah berhak disebut genesius kalau IQ-nya lebih
dari 180.
4. Nelson
B. Henry juga masih bimbang mengenai hubungan antara genesius dan talent. Ini
terbukti dalam kalimat yang berbunyi sebagai berikut: “The relation between
talent and genesius is still unclear”.
Dari pendapat beberapa ahli dapat
disimpulkan bahwa: anak genesius adalah anak yang luar biasa cerdasnya sehingga
dapat menciptkan sesuatu yng sangat tinggi nilainya. Meski demikian, ada
beberapa pendapat yang menyatakan bahwa anak-anak atau manusia biasanya berada
dalam cakupan tiga jenis ini, yaitu: genesius, gifted, dan superior , tidak
peduli apakah mereka memiliki cacat fisik atau tidak. Akan tetapi, menurut
penulis, pemilahan ini seharusnya, menyertakan anak-anak berkebutuhan khusus
lain semisalnya anak-anak yang tuna rungu, tuna netra, dan sebagainya. Kenapa
demikian? Pasalnya, merekapun banyak memiliki banyak kelebihan yang sangat
mungkin belum telelaborasi maksimal. Untuk itulah semua pihak atau para
pemerhati, pelaku, dan pemegang kebijakan pendidikan juga harus memerhatikan
nasib dan masa depan mereka.
Pendidikan Agama Kristen untuk anak-anak
adalah pekerjaan yang paling mulia. Namun demikian banyak orang tua, para
pendidik baik di gereja maupun di sekolah tidak menyadari hal ini. Selain itu
dalam Pendidikan Agama Kristen untuk anak-anak seringkali menemukan
persoalan-persoalan atau kendala-kendala. Untuk itu dalam menyelesaika
masalah-masalah dalam Pendidikan Agama Kristen bagi anak-anak diperlukan metode
yang tepat dalam mengajar.
Metode PAK Anak ini dibuat agar anak-anak jauh dari
penyesatan-penyesatan karena metode ini harus berlandaskan Firman Tuhan. Tuhan
Yesus juga berfirman “Biarkan anak-anak itu datang kepadaKU, jangan
menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya
Kerajaan Allah” (Markus 10:14). Dan ini adalah tugas kita yaitu yang terdapat
dalam Amanat Agung Tuhan Yesus “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
muridKU dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat
28:19-20)
Adapun metode PAK Anak ini adalah untuk memajukan
dan mengembangkan pengajaran serta pelayanan kita kepada Anak yang berlandaskan
Firman Tuhan (Alkitab). Yang tadinya dari abad ke abad mengalami maju, mundur
dan terkadang kemerosotan karena beberapa factor, maka metode PAK Anak ini
sangat diperlukan untuk menstabilkan perkembangan Anak dalam dunia Pendidikan
khususnya dalam Pendidikan Agama Kristen.
Pendidiakn Kristen adalah usaha sengaja dan
sistematis, ditopang oleh upaya rohani dan manusiawi untuk mentransmisikan
pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan dan tingkah laku yang mengupayakan
perubahan-perubahan informasi priadi, kelompok, bahkan struktur oleh kuasa Roh
Kudus sehingga peserta didik hidup sesuai dengan kehendak Allah sebagaimana
dinyatakan Alkitab, terutama dalam Yesus Kristus.
Jadi PAK anak adalah usaha sengaja dan sistematis,
ditopang oleh upaya rohani dan manusiawi untuk mentransmisikan pengetahuan,
nilai, sikap, keterampilan dan tingkah laku bagi anak-anak dalam mengupayakan
perubahan-perubahan informasi priadi dalam diri anak dengan pimpinan kuasa Roh
Kudus, seorang anak akan hidup sesuai dengan kehendak Allah sebagaimana
dinyatakan Alkitab, dalam kehidupannya meneladani Yesus Kristus. PAK Untuk anak
merupakan suatu yang paling penting dalam kehidupan seorang anak karena apabila
sejak dini anak telah di ddidik dalam
Pendidikn Kristen, anak tersebut akan menghasilkan
anak yang bisa diarahkan ke arah yang positif di masa yang akan datang. Olehnya
itu PAK anak muncul sejak anak dilahirkan bahkan sejak seorng bayi ada dalam
kandungan, orang tua harus memelai mendidik anaknya tentang Kristus.
Pendidkan agama dalam PB tidak terlepas dari
Pendidkan agama dalam PL. Tema pokok dalam pengajaran agama dalam PL dan PB
adalah karya Penyelamatan Allah. Dalam PB, hal ini dinyatakan dalam pribadi
Yesus Kristus. Dalam PB materi utama pendidikan adalah melanjutkan PL. Namun
pada masa PB, Yesuslah yang menjadi materi utama. Dasar PAK anak dalam PB dapat
kita lihat dalam Matius 18;6 dan Efesus 6:4.
Ada
3 pengajar PAK dalam PB:
a. Yesus
sebagai pengajar PAK Anak.
Tuham Yesus layak disebut sebagai guru Agung kerana
pengajaran-Nya disertai kusa mujizat. Pada waktu Yesus berumur 30
tauhun, Yesus memulai Pelayanan-Nya. Dia megajar dan berkhotbah serta melakukan
banyak mujizat dalam pelayanan-Nya. Dalam Pelayanan-Nya Tuhan menganggap penting
anak-anak dan memprioritaskan anak-anak, Ia sangat mengasihi anak-anak (Mat.
18:1-6). Salah satu bukti bahwa Yesus sangat mengasihi anak-anak dapat dilihat
dalam Markus 10:16 dimana Yesus memeluk dan memberkati anak-anak. Tuhan Yesus
tidak hanya mengajar agar manusia dibenarkan dihadapan Allah. Oleh kerana itu,
manusia harus menerima dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.
b. Paulus Sebagai
Pengajar PAK Anak
Pendidkan agama yang diterima Paulus dalam
keluarganya menjadikan paulus seorang Yahudi yang baik dan hebat. Setelah
Paulus berumur 5 tahun ia sudah masuk dalam rumah ibadat. Pada umur 12 tahun ia
sudah menjadi anak taurat. Pendidkan agam yang kedua yang diperoleh Paulus
ketika ia berada di Yerusalem sebagai murid Gamaliel. Dengan demikian Paulus
mendapat pendidken tinggi dan memepunyai pemahaman yang luas mengenai agama
Yahudi itulah sebabnya Paulus menekankan pentingnya untuk mengajar anak-anak.
Misalnya dalam surat Paulus kepada Jemaaat di Efesus dan Timotius, (Ef. 1:4,
Kol. 3:3,21, II Tim. 1:5, 3:15).
c. Jemaat
Mula-Mula sebagai Pengajar PAK
Sejak mulai berdiri, Jemaat Kristen telah menjunjung
pengajaran agama. Seperti diketahui, jemaat kristen mula-mula masih berpusat
pada adat agam Yahudi. Tapi, lambat laun, mereka mengembangkan persekutuan
mereka. Dalam persekutuan itu, mereka berdoa memperbincangkan tentang berbagai
pengajaran dan perbuatan Yesus Kristus, makan bersama daan mereyakan perjamuan
suci.Apa yang mereka buat itu juga ayang mereka ajarkan kepada anak-anak
mereka.
Jadi
pendidikan Kristen memiliki peranan yang sangat penting dalam menanamkan kepada
anak-anak iman Kristen agar anak-anak dapat berumbuh. Dalam menerapkan PAK
kepada anak ada 3 ranah yaitu:
1. Keluarga
-> pendidikan kelurga demi anak-anak beriman
2. Gereja
-> Kis. 2:42-47, Mat. 28:19-20, Ef. 4:11-16, Kol. 3:16
3. Sekolah
(PAK)
Sekolah Kristen,
Integrasi iman dan pengetahuan
Sekolah Negeri,
anak-anak menghadapi tantangan nilai dan iman.
a) PAK anak dalam
Keluarga
Keluarga adalah lembaga pertama yang ditetapkan
Allah di bu,i. Tidak ada tempat yang lebih baik dan penting daalam menumbuhkan
iman, dan menaburkan nilai-nilai Kristiani selain keluarga.
Dasar
paling penting dalam mendidik anak adalah kelurga yang berpusat pada Kristus
(Ef. 6:4). Orang tua berperan sebagai guru dan penginjil yang terus
mengarahkan, membimbing dan mendorong abak untuk hidup dalam Kristus (Ul.
6:6-9). Keteladanan orang tua adalah injil yang di lihat, dirasakan dan
dinikmati anak-anak. Selain itu, orang tua dapat mengajar anak-anak dengan mengajak
anak mereka ke gereja setipa minggu, mengajar anak untuk menutup mata dan
melipat tangan waktu berdoa, membaca Alkitab dan mengadakan saat teduh bersama
dan lain-lain. Pikiran dan hati nurani yang dikendalikian Firman Tuhan menjadi
sumber bagi sikp dan prilaku yang benar.
b) PAK Anak dalam
Jemaat
Hari Minggu adalah hari untuk berdoa kepada
Tuhan dan mendengarkan firmanNya. Sekolah Minggu berfungsi sebagai kegiatan
dalam gereja untuk melatih, memahami, dan mempelajari firman Allah secara bersama-sama.
Sekolah Minggu anak-anak memberi kesempatan kepada mereka untuk berdoa sesuai
dengan tingkat pemahaman dan kemampuan mereka. Waktu yang digunakan dimaksudkan
sebagai waktu tambahan PAK. Sekolah ini berfungsi untuk melatih dalam berdoa,
kepemimpinan dan pelayanan. Kurikulum disesuaikan dengan tingkat usia dan
partisipasi anak. Untuk hasil terbaik, gurunya harus dipilih demi kepentingan,
pertumbuhan pemahaman Alkitabiah dan segi rohani mereka.
c) PAK Anak dalam
Sekolah
PAK
bukan tidak diberikan di gereja dalam lingkungannya sendiri, melainkan juga di
luar lingkungannya yitu dalam sekolah-sekolah. Sejumlah sekolah bersikap netral
terhaadap berbagai agama yang dianut masyarakat karena hal itu di dukung oleh
negara yang juga tidak memeihak agama tertentu. Di negara Indodnesia pada masa
kin Pendididkan agama dilakukan secara demokratis sehingga tidak
mengekslusifkan agam tertentu.
Menurut
Alkitab, hal yang terbaik adalah elemen religius harus dipisahkan dari
pendidikan sekolah anak, walaupun Alkitab mengizinkan hanya sebatas mengizinkan
, pendidikan sekolah mereka harus juga diisi dengan pendidikan Agama. Tidak
seorang pun menganggaap Alkitab sebagai standar tertinggi dan tegas berasumsi
bahwa sekolah kristen adalah hal yang dapat diabaikan, sangat tidak mungkin ia
memepertahankan kepercayaan bahwa sekolah sekuler yng terpisah dari agama,
pantas menjadi pilihan.
Pendidikan itu dimulai sejak agama muncul dalam
kehidupan manusia. Anak-anak adalah anugrah yang harus didik oleh orang tua
agar dapat bertumbuh dalam Iman akan Yesus Kristus. Selain dalam lingkungan
keluarga pendidikan agama juga harus berlangsung dalam lingkungan Jemaat dan
juga dalam lingkungan sekolah. Pendidikan Kristen memiliki peranan yang sangat
penting dalam menanamkan kepada anak-anak iman Kristen agar anak-anak dapat
berumbuh. Namun dalam pendidikan kadang mendapatkan masalah dan kendala
sehingga dalam dunia pendidikan khususnya Pendidikan Agama Kristen untuk Anak
memerlukan metode. Metode merupakan cara dalam mengajarkan PAK Anak yang
efektif dan efisisen. Metode dalam PAK Anak sudah ada sejak masa PL dan juga
PB. Dalam PL metode yang digunakan adalah pebgajaran dilakukan secaara
berulang-ulang dan dalam PB hal itu dilanjutkan namun pusat pengajarannya terarah
kepada Yesus Kristus.
Mengajar anak merupakan amanat Agung Yesus Kristus.
Dan metode PAK Anak dimaksudkan adalah memajukan dan mengembangkan pengajaran
serta pelayanan kita kepada Anak yang berlandaskan Firman Tuhan (Alkitab).
Dasar PAK dalam PL dapat kita lihat dalam Ulangan 6:4-9, Amsal 22:6, Mazmur
78:72. Isi pendidikan anak dalam PL adalah Karya Allah dalam perjalanan hidup
bangsa Israel. Dan dalam masa PB, Yesuslah yang menjadi materi utama. Dasar PAK
anak dalam PB dapat kita lihat dalam Matius 18;6 dan Efesus 6:4.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Ismail,
Andar. Ajarlah Mereka Melakukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2010
2. GP,
Harianto. Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab dan Dunia Pendidikan
Masa Kini,Yogyakarta: ANDI, 2012
3. Sidjabat,B.S. Menjadi
Guru Profesional, Bandung: Kalam Hidup, 2011
4. Lilik,
Paulus. Prinsip Dan Praktik PAK, Yogyakarta: ANDI, 2006
5. Richards
Lawrence O. Pelayanan Kepada Anak-Anak, Bandung: Kalam Hidup, 2007
Komentar
Posting Komentar